Selasa, 04 Oktober 2011

Muslim Sejati

Sebuah tulisan terpampang jelas di atas selembar kertas karton yang dibawa oleh seorang wanita di antara kerumunan wanita pendemo hari itu, “Bukan rok kami yang mini, tapi otak Anda yang mini.” Tulisan lain, yang dibawa seorang wanita lainnya berbunyi, “Rok mini tidak porno, yang porno otak Anda.” Ada beberapa tulisan lain bernada serupa dibawa oleh para wanita pendemo lainnya yang hari itu rata-rata memakai rok mini dan berpakaian seksi. Semuanya merupakan bentuk protes keras yang dialamatkan kepada seorang pejabat di Jakarta. Pasalnya, sang pejabat sebelumnya menyindir para wanita yang gemar berpakaian seksi di tempat-tempat umum, termasuk di kendaraan-kendaraan umum. Inti pesan dari sindiran pejabat tersebut adalah, bahwa rok mini berpotensi menjadi salah satu faktor yang mengundang terjadinya pelecehan seksual (baca: perkosaan) yang terjadi terhadap sejumlah wanita yang akhir-akhir ini marak. ***** Pembaca yang budiman, sebagai seorang Muslim, apa yang ada di benak Anda terkait dengan tingkah-polah para wanita berpakaian seksi yang ’pemberani’ itu? Jawabannya tentu bergantung pada persepsi dan standar yang Anda pakai untuk menilai.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Bisnis Syar’i, Bisnis Yang Tangguh

Apakah anda memiliki sebuah bisnis? Apakah anda sering memulai sebuah bisnis kemudian tidak lama anda menutupnya? Ataukah anda sering beralih-alih dalam bisnis? Jika pertanyaan-pertanyaan ini bagi anda “Gue Banget” maka anda perlu menelaah kembali bisnis apa sebenarnya yang sedang anda jalankan. Terkadang seseorang karena melihat bisnis temannya yang sukses maka dengan serta merta dia termotivasi untuk membuat bisnisyang serupa. Dengan bekal motivasi inilah kemudian dia mulai mengumpulkan modal dan merancang beberapa strategi marketing mulai dari membentuk jaringan sampai beriklan atau bahkan potong kompas “membajak” jaringan bisnis yang sudah ada. Namun apa yang terjadi setelah itu, bisnis yang dia geluti belum juga berjalan sesuai dengan harapannya sampai pada titik dia kehabisan modal kemudian bisnis itupun ditutup. Pada sisi yang lain motivasi bisnis itu tetap berkobar-kobar membara dalam dadanya.Suatu ketikaseorang teman datang dengan fasihnya menawarkan peluang bisnis yang menggiurkan, dan diapun berfikir untuk tidak mensia-siakan peluang itu. Dengan energiyang tersisa diapun berusaha sekuat tenaga untuk berinvestasi, namun apa yang terjadi? Jangankan berharap modalnya akan kembali,peluang & temannya itupun sekarang seolah-olah berubah menjadi orang yang sangat sibuk alias menghilang tidak bisa dihubungi. Mungkin anda sendiri pernah mengalami hal yang serupa atau mungkin anda sering melihat teman dekat anda sering mendirikan usaha kemudian enam bulan tutup, buat bisnis baru lagi dan enam bulan kemudian kembali ditutup, begitu seterusnya. Maka ada baiknya jika kita melihat darimana seharusnya sebuah bisnis itu dimulai agar memiliki daya tahan yang kuat, kokoh, tangguh dan terus berjalan tanpa terpengaruh oleh situasi dan kondisi disekitarnya. Ketika akan memulai sebuah bisnis penting bagi anda untuk membuat pondasi yang kokoh terlebih dahulu.

Jumat, 30 September 2011

Pembelajaran Kiat Praktis& Syar'ie " BEBAS HUTANG !!!

Pembelajaran Kiat Praktis& Syar'ie " BEBAS HUTANG !!!, Hidup Tenang BISNIS Brkembang"( Bebas dari Jeratan Hutang, berkah berlipat, melipatgandakan penghasilan& Cara cerdas mengelola uang) a. Mengapa harus mengikuti acara ini ? Terdapat 5(lima) alasan mengapa Anda harus mengikuti acara ini: • Dalam training ini akan diberikan kepada Anda bagaimana caranya melunasi hutang dalam jangka waktu 1 tahun atau bahkan kurang. • Juga akan diberikan kepada Anda bagaimana caranya menaikkan omset/pendapatan sehingga dapat membayar hutang sementara finansial anda tidak terganggu. • Jika Anda terlibat kredit, akan mendapatkan solusi jitu membayar tanggungan dengan lancar. • Anda akan memperoleh cara mendapatkan modal tanpa harus berhutang. • Segala cara diatas dijamin Syar’ie dan berkah. b. Apa yang akan dipelajari ? - Mengenal jenis-jenis hutang - 3 langkah tuntas lunasi hutang - 5 Langkah Praktis Melipatgandakan Penghasilan - Kiat Praktis Bangun Bisnis Tanpa Hutang - Cara cerdas mengelola uang - Akad dan keberkahan dalam bisnis

Selasa, 27 September 2011

Da’i

Saat ini sebetulnya tidak ada yang disebut pak haji di Indonesia,” demikian salah satu kalimat yang dilontarkan seorang tokoh Muslim terkenal di Tanah Air dalam suatu acara dialog yang dikemas secara santai. Hadirin yang mendengar tentu saja heran dan bingung. “Lha, iya,” setengah berseloroh sang tokoh buru-buru melanjutkan pernyataannya. “Coba saja pikirkan. Dalam bahasa fikih, orang yang sedang shalat itu ya disebut mushalli; orang yang menunaikan zakat disebut muzakki; orang yang sedang shaum disebut sha’im. Haji (al-Hajj) itu ya orang yang sedang menunaikan ibadah haji. Jadi, di dunia saat ini sebetulnya tidak yang namanya haji. Haji ya adanya di musim haji,” katanya santai. Mendengar lontaran kata-kata sang tokoh dengan nada guyonan tersebut hadirin pun manggut-manggut sembari tertawa kecil. *****

Minggu, 25 September 2011

Harian The Independent Sebut Makkah Hanya untuk Orang Kaya dan 'Disulap' Mirip Vegas

MAKKAH - Dalam 10 tahun ini, Makkah mengalami transformasi yang luar biasa; lokasi Masjidil Haram ditata ulang, dan bermunculan gedung-gedung pencakar langit dan hotel berbintang berkelas internasional. dalam sebuah tulisan ficer, harian The Independent mengupas sisi dalam Kota Suci. "Meski Nabi Muhammad datang untuk menekankan kesetaraan, Makkah berubah menjadi taman bermain bagi kaum kaya dimana kapitalisme secara kasat mata mengaburkan nilai spiritualitas kota," tulis mereka, mengutip kata-kata seorang kritikus. Harian ini menyoroti, betapa demi membangun kota yang kini 'serupa Las Vegas', bangak bangunan bersejarah yang dikorbankan. "Tak ada yang memperjuangkan dari aksi vandalisme budaya ini," kata Dr Irfan al-Alawi, direktur eksekutif The Islamic Heritage Research Foundation. "Kami sudah kehilangan 400-500 situs bersejarah. Saya harap belum terlambat untuk menyelamatkan yang tersisa." Sami Angawi, pakar arsitektur Islam Arab saudi, sama-sama prihatin. "Ini adalah kontradiksi mutlak untuk sifat Makkah dan kesucian rumah Allah," katanya kepada kantor berita Reuters awal tahun ini. "Kedua kota [Mekkah dan Madinah] secara historis hampir punah. Anda tidak menemukan apa-apa kecuali gedung pencakar langit." Kekhawatiran dr Alawi yang paling mendesak adalah ekspansi yang direncanakan senilai miliaran dolar AS dari Masjidil Haram, situs paling suci dalam Islam dimana Kabah berada. Konstruksi resmi dimulai awal bulan ini. Menteri Kehakiman, Mohammed al-Eissa, berseru bahwa proyek ini akan menghormati "kesucian dan kemuliaan dari Masjid Suci, dan demi kepentingan jamaah." Area perluasan sekitar 400 ribu meter persegi tengah dibangun untuk mampu meningkatkan daya tampung 1,2 juta jamaah lagi tiap Musim Haji tiba. Pembangunan ini, menurut The Islamic Heritage Research Foundation, bukan tanpa risiko. Lembaga ini menyusun daftar situs sejarah yang terancam diratakan dengan tanah akibat pembangunan ini, termasuk bangunan sisa-sisa peninggalan era Usmaniyah dan Abbasiyah. Termasuk dalam bangunan yang terancam dihancurkan adalah rumah di mana Nabi Muhammad dilahirkan dan rumah pamannya, Hamzah, tumbuh.

Jumat, 05 Agustus 2011

Umar Yang Berbeda

Sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz, sebagaimana lazimnnya keluarga istana, hidup dalam kemewahan; pakaian yang dikenakannya pun halus; makanan yang dimakannya pun mewah. Ketika berjalan, semua orang akan mengenalnya, karena bekas yang ditinggalkannya menebarkar aroma Misk (wangi). Rambutnya yang selalu tersisir rapi, penampilannya perlente dan kren. Itulah seorang Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah.

Namun, ketika menjadi khalifah, semua kenikmatan itu dia tinggalkan. Jabatan itu telah mengubah hidupnya. Ketika menjadi khalifah, justru dia bersikap zuhud, menjauhi kemewahan dan hiasan dunia. Dia sangat menghayati setiap rincian tanggung jawabnya hingga bersikap keras pada diri dan keluarganya. Tampaknya, dia ingin menebus gaya hidupnya yang bergelimang harta dan kenikmatan sebelum menjadi khalifah, dengan kesederhanaan rakyatnya. Sampai, dia pun menolak menaiki kendaraan Khilafah untuk menghindari kebesaran dan kemewahan. Tidak hanya terhadap dirinya, istri dan anak-anaknya pun tak luput dari sikap yang sama (at-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Mulk, VI/552-553).

Semuanya itu bukan tanpa sengaja. Sikap, atau tepatnya pilihan kebijakannya itu berdampak besar pada Khilafah Umayyah ketika itu. Umar berkeyakinan, jika tekad dan komitmen dia sebagai penguasa Muslim tersebut benar dan lurus, disertai rasa tanggung jawab yang tinggi pada ummat Islam di hadapan Allah SWT, maka dia yakin akan mampu meluruskan berbagai kondisi menyimpang dan mengembalikan mereka yang melakukan pelanggaran ke jalan yang lurus. Di antaranya, dia mengembalikan baiat yang diperoleh melalui wiratsah (penunjukan) kepada kaum Muslim, selanjutnya dia meminta mereka untuk membaiat siapa saja yang mereka kehendaki dengan suka rela (bi ar-ridha wa al-ikhtiyar). Namun, mereka tetap menginginkan seorang Umar bin Abdul Aziz untuk menjadi Khalifah mereka.

Bukan Segalanya

Sesungguhnya uang bukanlah segalanya. Tentu bukan karena sekarang sudah ada master card, visa atau kartu kredit lainnya; juga bukan karena orang saat ini bisa melakukan berbagai macam transaksi elektronik lainnya tanpa harus punya uang tunai.

Memang, uang bukan segalanya. Sebab faktanya, uang tidak bisa membeli segalanya. Dengan uang manusia memang bisa membeli segala macam kemewahan, namun tidak keberkahan dan kebahagiaan. Dengan uang manusia mampu membeli kedudukan dan jabatan, tetapi tidak kewibawaan dan kehormatan. Dengan uang manusia memang sanggup memiliki wanita impian dan anak-anak harapan, tetapi tidak ke-sakinah-an, ke-mawadah-an dan ke-rahmah-an. Dengan uang manusia memang dapat bersenang-senang di dunia, tetapi tidak kebahagiaan hakiki di akhirat.

Dengan uang manusia—saat sakit—memang bisa membeli obat dan dirawat di rumah sakit berkelas dengan pelayanan yang ekstra memuaskan, namun tak mungkin mampu membeli kesehatan. Dengan uang manusia memang bisa membeli kecantikan dengan operasi plastik yang super canggih, namun tidak akan sanggup membeli umur yang panjang. Dengan uang manusia bisa merawat tubuh dan wajah hingga tetap tampil awet muda, tetapi ia tak akan pernah bisa mengembalikan masa mudanya. Dengan uang manusia memang bisa membeli jam tangan super mewah bertahtakan berlian berharga miliaran, tetapi tidak mungkin sanggup membeli waktu meski hanya sedetik. Dengan uang seorang Muslim bisa berhaji berkali-kali, namun tidak kemabrurannya.

Kamis, 04 Agustus 2011

GO EXTRAMILES SAAT RAMADHAN?! HARUS!!!

Assalamu alaikum wr wb.

“Sahabat Hidup Berkah, siapa diantara Anda yang merasa bersemangat dan bergembira ketika menyambut ramadhan ini??? Angkat tangan katakan sayaaa…!!!”

Sahabat Hidup Berkah, bagaimana kabarnya hari ini? Pasti sangat bersemangat. Demikian juga kami, insyaAllah. Alhamdulillah, hari ini kita telah memasuki bulan yang sangat mulia yang setiap muslim sangat merindukannya .

Sesuai subjek email, GO EXTRAMILES saat Ramadhan??? HARUS!!!, judul ini saya kira sangat penting untuk dipahami oleh setiap ummat muslim. Ketika memasuki bulan ramadhan, asupan energi pasti sangat kurang, tidak sama seperti hari-hari biasa karena adanya larangan makan dan minum di siang hari. Drastis asupan energi di siang hari jadi sangat berkurang.

Sabtu, 11 Juni 2011

Buku Laris: Retorika Mengguncang Dunia


Retorika itu dapat diibaratkan sebagai sebuah peluru kendali. Mengapa orang bisa takut dengan sebuah rudal? Apakah bentuknya yang besar, panjang, plus sangar? Jika ada sebuah rudal yang besar, panjang dan sangar, namun kepala rudal itu hanya membawa serbuk petasan, apakah rudal itu akan menakutkan? Dalam dunia retorika, seseorang yang mempunyai kemampuan retorika tertentu, dia akan dapat membuat para pendengarnya tertawa terpingkal-pingkal, seseorang juga dapat membuat penontonnya menangis tersedu-sedu, demikian juga retorika itu ternya dapat juga membuat dunia menjadi terguncang dengan guncangan yang begitu dahsyatnya. Apa kunci dari semua itu? Jawabnya adalah sama, yaitu sangat ditentukan oleh isi kepala yang dibawa oleh oratornya.

Apa yang dimaksud dengan isi kepala itu? Tidak lain adalah ide atau gagasan yang hendak dilemparkan dihadapan segenap para pendengarnya. Buku ini tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu retorika, tetapi retorika plus. Buku retorika yang diharapkan benar-benar dapat dijadikan pegangan bagi mereka yang menginginkan terjadinya perubahan di atas muka bumi ini. Kunci perubahan itu tidak lain adalah ide yang dahsyat, ide yang benar-benar dapat mengguncang seluruh isi muka bumi ini. Insya Allah. Harga Rp. 65.000,-, Hub: 081 805 038 481

Cinta

Bruk! Untuk ke sekian kali, kepala ustadz muda itu terbentur. Kali ini kepalanya membentur kusen pintu masjid saat ia hendak keluar seusai menunaikan shalat ashar berjamaah. Saat itu, setelah shalat, ia memang agak buru-buru karena harus segera menemui seseorang untuk kepentingan dakwah.

‘Peristiwa biasa’ yang saya saksikan dari jarak kira-kira lima meter itu, entah mengapa, membuat hati saya trenyuh. Saya pun menangis dalam hati. Tidak lain karena ustadz muda yang saya ceritakan kali ini adalah seorang yang buta. Namun, kondisinya yang buta itu tidak pernah menyurutkan langkahnya untuk senantiasa menunaikan shalat berjamaah di masjid lima kali sehari. Hal itu sudah bertahun-tahun ia jalani, terutama sejak ia mengalami kebutaan permanen sekitar tiga-empat tahun lalu. Saya pun teringat Sahabat Nabi saw. Abdullah bin Ummi Maktum yang juga buta. Ia pun senantiasa shalat berjamaah di masjid karena memang Nabi saw. tidak memperkenankan dirinya shalat di rumah selama ia mendengar azan di masjid.

Sebetulnya, bukan pemandangan itu benar yang membuat hati saya trenyuh. Bukan pula semata-mata karena ustadz muda yang baru beberapa bulan lalu saya kenal itu matanya buta yang membuat saya menangis dalam hati. Lagi pula saya tidak sedang menangisi dia. Sebab, toh dari kata-kata dan sikapnya selama ini, saya tahu ia pun tidak pernah menampakkan kesedihan dan meratapi diri karena kondisinya yang buta itu. Padahal sudah tak terhitung kepalanya terbentur tembok, terantuk batu, terpeleset, terserempet kendaraan di jalanan, bahkan terperosok ke selokan. Itu sudah sering ia alami. Namun, ia selalu menyikapi semua itu dengan kesabaran, bahkan senyuman. Yang membuat saya takjub, semua penderitaan itu justru sering ia alami dalam menjalankan aktivitas dakwahnya; berceramah ke berbagai tempat, mengisi ta’lim, melakukan kontak-kontak dakwah, dll. Sering semua itu ia lakukan dengan berjalan kaki sendirian, tanpa teman yang membantu menuntun dirinya. Semua itu ia lakukan dengan selalu bersemangat, tak kenal lelah, meski ia harus sering-sering meninggalkan anak-istrinya.

Jumat, 03 Juni 2011

Umar dengan Umur

Umar bin Khattab (581-644) adalah khalifah yang telah membentangkan pengaruh Islam di sejumlah wilayah yang berada di luar Arab Saudi. Di masanya, Mesopotamia, sebagian Persia, Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia, jatuh ke dalam kekuasaan Islam.

Kekuatan sebagai pemimpin sangat luar biasa, hadir berkat tempaan sang pemimpin agung, Muhammad Rasulullah SAW. Namun, dibalik kesuksesannnya sebagai pemimpin negara, Umar tetaplah seorang pribadi yang sangat sederhana.

Suatu hari, anak laki-laki Umar bin Khattab pulang sambil menangis. Sebabnya, anak sang khalifah itu selalu diejek teman-temannya karena bajunya jelek dan robek. Umar lalu menghiburnya. Berganti hari, ejekan teman-temannya itu terjadi lagi, dan sang anak pun pulang dengan menangis.

Kamis, 21 April 2011

Abi, Kapankah Kita Bersantai?


Saya ingin berbagi sebuah cerita ringan yang pernah saya dengar dan akan selalu saya ingat karena maknanya yang begitu dalam. Sebuah kisah dari satu imam besar kaum muslimin, Imam Ahmad bin Hambal. Putra beliau, Abdullah, suatu hari bertanya kepada ayahnya: "Abi, kapankah kita bersantai ?" Ayahnya, adalah ulama besar yang senantiasa menghidupkan Sunnah dan teladan bagi seluruh umat Islam, Ia tatap mata anaknya dan berkata: "…bersamaan dengan langkah pertama kita di surga”.

Subhanalloh…, sebuah jawaban yang indah!

Sabtu, 29 Januari 2011

Motivasi

Terus terang, saya merasa terlahir kembali sebagai seorang Muslim,” kata mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Jakarta itu. “Training motivasi ini luar biasa! Sungguh, tak sia-sia meski saya harus membayar mahal untuk kegiatan ini,” imbuhnya lagi sambil mengusap air mukanya dengan selembar tisu. Tampak ia baru saja menangis, tetapi juga setelah itu wajahnya tampak lebih cerah, lebih semangat dan lebih optimis dari sebelumnya. Ia baru saja menyelesaikan hari terakhir dari tiga hari masa training motivasi keislaman itu, yang diisi oleh seorang trainer Muslim terkemuka di Tanah Air. Sang trainer, dengan dukungan multimedia dan retorikanya yang memikat, benar-benar mampu membang-kitkan kembali kesadaran spiritual dan ghirah keberislaman hampir seluruh peserta dari sekian ratus peserta yang hadir selama tiga hari itu.

Namun sayang, tak semua alumni training itu benar-benar istiqamah dengan kesadaran spiritual baru yang mereka dapatkan. Banyak dari alumni itu yang kemudian—tak sampai beberapa minggu berlalu—kembali ’futur’. Kesadarannya kembali tergerus oleh rutinitas kehidupannya, juga lingkungannya, yang memang tak pernah benar-benar mendukung bagi terus tumbuh dan berkembangnya kesadaran spiritual itu. Shalatnya kembali ’bolong-bolong’. Tilawah al-Qurannya kembali ia tinggalkan. Gairahnya untuk menuntut ilmu kembali menyusut. Semangatnya untuk beramal shalih kembali pudar. Keterikatannya dengan syariah kembali terlepas. Ghirah dakwahnya kembali meredup. Pada sebagian alumni, seolah-olah training motivasi yang ’luar biasa’ itu tak berbekas sama sekali. Bahkan sebagian dari mereka kembali pada kebiasaan-kebiasaan buruk semula.

Jika demikian, sia-siakah menjamurnya training-training keislaman semacam ini? Tentu tidak. Lalu adakah yang salah dengan training-training itu? Tidak juga. Sebagai sebuah upaya, kegiatan keislaman bertajuk training motivasi atau semacamnya banyak manfaatnya. Namun demikian, tulisan ini tak hendak mengurai lebih jauh manfaat dari kegiatan tersebut. Tulisan ini hanya ingin mengajak diri kita merenung: Mengapa banyak umat, termasuk pengemban dakwah, butuh dengan training-training motivasi keislaman dengan ragam bentuknya itu? Mengapa banyak Muslim begitu antusias—meski harus mengeluarkan ratusan ribu hingga jutaan—mengikuti kegiatan-kegiatan semacam itu, bahkan tak cukup hanya satu-dua kali? Tak cukupkah al-Quran dan as-Sunnah—yang kata Baginda Nabi saw. masing-masing merupakan wacana terbaik (khayr al-kalam) dan petunjuk terbaik (khayr al-hady)—menjadi sumber motivasi?


Optimisme

Empat belas abad yang lalu Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, sepeninggalku akan ada para penguasa negara yang mementingkan diri sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak kalian sukai.” Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami ketika mengalami peristiwa tersebut?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah kewajiban kalian dan mintalah hak kalian kepada Allah.” (HR Muslim).

Apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. tersebut tampak jelas dalam perilaku para penguasa saat ini. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto, mengakui bahwa Indonesia akan menambah hutang pada tahun 2011 sebesar Rp 200,6 triliun. Tentu, ini harus dibayar oleh rakyat. Namun, realitasnya uang rakyat itu digasak oleh penguasa. Sekadar contoh, kita tahu beberapa waktu lalu ramai pembangunan gedung mewah DPR berfasilitas SPA dan kolam renang senilai Rp 1,8 triliun, biaya pembahasan RUU inisiatif DPR sebesar 170 miliar, dana aspirasi Rp 8,4 triliun, bagi-bagi cek kosong Rp 1,1 triliun, dan tak ketinggalan penyelewengan pembangunan Rumah Jabatan Anggota DPR di Kalibata serta dana plesiran ke luar negeri yang nilainya triliunan. Kalangan menteri pun demikian. Sebut saja proyek renovasi interior rumah dinas Menteri Keuangan yang menelan biaya Rp 3,4 miliar (pada pertengahan 2008 berbiaya Rp 2,1 miliar dan awal 2009 menelan anggaran hingga Rp 1,3 miliar).

Kasus hukum yang melibatkan pejabat seperti kasus Century, kasus rekening gendut para jenderal, kasus suap pemilihan Gubernur Bank Indonesia, dan kasus mafia pajak Gayus Tambunan tak diselesaikan dengan serius. Sadar atau tidak, para penguasa sedang menggiring kita secara sengaja, terprogram dan terencana menuju kebinasaan. Lupakah kita bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena jika ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) mencuri, mereka membiarkannya dan jika ada orang dari kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) mencuri, mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fatimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya.” (HR al-Bukhari).


Jumat, 21 Januari 2011

Belajar dari Tumbangnya Rezim Sekuler Tunisia

Kejatuhan rezim diktator boneka Barat yang menerapkan kapitalisme tinggal menunggu waktu, perubahan ke arah tegaknya syariah dan Khilafah akan menjadi solusi di masa depan

Akhirnya rezim Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali tumbang. Penguasa diktator yang telah memerintah selama 23 tahun, melarikan diri ke Saudi Arabia. Ben Ali dipaksa mundur karena gelombang unjuk rasa anti pemerintah. Kegagalan Ben Ali menyejahterakan rakyat ditambah pemerintahan yang represif selama ini membuat rezim ini tumbang.

Ben Ali dikenal anti Islam, jilbab dilarang. Polisi akan menangkap wanita di jalan yang memakai jilbab . Aktifis yang memperjuangkan syariah dan Khilafah disiksa dan dijebloskan ke dalam bui . Ben Ali juga bernafsu merubah akar Islam Tunisia menjadi masyarakat liberal ala Perancis yang menjadi tuannya.

Tak ayal, tumbangnya Ben Ali, menularkan rasa takut pada para diktator lain yang bertebaran di Timur Tengah dan Afrika. Salah seorang anggota Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika, mengingatkan tumbangnya rezim Tunisia harus menjadi pelajaran bagi para diktator Afrika lainnya. Hal yang sama bisa terjadi pada mereka.


Sabtu, 08 Januari 2011

Menolak Musibah Dengan Dakwah


Musibah atau bencana itu ada dua: pertama, bencana alam karena benar-benar akibat faktor alam seperti: gunung meletus, gempa bumi, kekeringan karena musim kemarau panjang, dll. Kedua, ‘bencana kemanusiaan’ karena memang akibat ulah manusia seperti: banjir dan longsor akibat hutan banyak ditebangi dan gunung banyak digunduli, kemiskinan di tengah melimpahruahnya kekayaan alam akibat kekayaan itu dikuasai segelintir orang, maraknya penyakit kelamin dan AIDs karena merajalelanya perzinaan dan penyalahgunaan narkoba, dll.

Bencana alam tentu merupakan qadha’ Allah SWT yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Bagi seorang Muslim, bencana alam bisa merupakan cobaan atau ujian. Bencana ini hanyalah agar kita bersabar (QS al-Baqarah [2]: 155-157). Namun, bencana kemanusiaan lebih merupakan peringatan yang Allah SWT timpakan kepada manusia sebagai akibat kemaksiatan mereka. Bencana ini adalah agar manusia segera ingat kepada Allah SWT, dengan segera meninggalkan kemaksiatannya dan segera kembali (bertaubat) kepada-Nya (QS ar-Rum [30]: 41). Bencana kemanusiaan ini sejatinya bisa dihindari oleh manusia. Kuncinya ada dua: Pertama, manusia tidak gemar melakukan kemaksiatan. Kedua, di tengah-tengah mereka selalu berlangsung aktivitas dakwah serta amar makruf nahi munkar.

Sayang, selain justru banyak manusia gemar melakukan kemaksiatan, aktivitas dakwah dan amar makruf nahi munkar pun banyak ditinggalkan oleh kebanyakan kaum Muslim. Padahal jelas, kedua aktivitas ini wajib bagi setiap Muslim. Banyak nash Alquran maupun Hadits yang memerintahkan kewajiban ini. Allah SWT, antara lain, berfirman: Kaum Mukmin laki-laki dan wanita itu sebagian mereka adalah penolong sebagian yang lain; mereka melakukan amar makruf nahi mungkar… (TQS at-Taubah [9]: 71); Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi munkar, dan beriman kepada Allah… (TQS Ali Imarn [3]: 110); “Wahai anakku, dirikankanlah shalat dan lakukanlah amar makruf nahi mungkar…” (TQS Luqman [31]: 17).

Kamis, 06 Januari 2011

Takut Kepada Allah Melahirkan Jiwa Kesatria, Perkasa Dan Berwibawa

Adanya rasa takut dalam diri manusia adalah hal biasa (alami). Sebab rasa takut itu merupakan salah satu inidikasi dari naluri untuk bertahan hidup (gharîzah al-baqâ’) yang ada di dalam diri manusia. Ketika indikasi ini tergerak oleh sesuatu apapun, maka manusia akan menghadapinya dengan dorongan akidah yang dimilikinya, serta menentukan perilaku sesuai pemahamannya tentang sesuatu yang telah membangkitkan rasa takut dalam dirinya. Jika pemahamannya ini salah, maka akan melahirkan perilaku yang salah. Sebaliknya, jika pemahamannya ini benar, maka akan melahirkan perilaku yang benar pula.

Dengan demikian, rasa takut mungkin melahirkan kepengecutan dan kerendahan jika itu dihasilkan dari rasa takut kepada manusia; ia mendekat pada manusia untuk mencari kerelaannya, dan untuk mendapatkan kesenangan duniawi yang dimilikinya. Sebaliknya, rasa takut mungkin melahirkan keperkasaan dan kemuliaan jika itu dihasilkan dari rasa takut kepada Allah SWT, dengan mencari ridha-Nya, dan kenikmatan surga-Nya.

Sungguh penting sekali bagi kaum Muslim yang menginginkan kebangkitan dari bencana dan malapetaka yang mewarnai kehidupannya sepanjang hari, agar mereka tidak takut kecuali kepada Allah Yang Mahakuasa atas hamba-Nya. Sehingga mereka menjadi orang-orang yang perkasa dalam ibadahnya, serta menjadi orang-orang yang paling mulia ketika hidup dan matinya.

Allah SWT berfirman: “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad Saw). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?” Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya).” (TQS. Al-Maidah [5] : 83-85).

Yang Terbaik

Beberapa saat menjelang Perang Khaibar, Baginda Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Suhail bin Saad ra., bersabda kepada para Sahabat, “Besok, bendera ini benar-benar akan aku berikan kepada orang yang lewat kedua tangannya Allah SWT memberikan kemenangan; ia mencintai Allah dan Rasul-Nya; Allah dan Rasul-Nya pun mencintai dirinya.”

Pada malam harinya, tutur Suhail, para Sahabat bertanya-tanya dalam hatinya masing-masing, siapakah gerangan orang yang akan diserahi bendera Rasul itu? Karena itu, keesokan harinya masing-masing bersegera dan berlomba menemui Baginda Rasulullah saw.; masing-masing berharap bahwa bendera itu akan Rasul saw. berikan kepada dirinya. Saat mereka sudah berada di hadapan Rasul saw., beliau bertanya, “Mana Ali?”

“Wahai Rasulullah saw., matanya sedang sakit,” jawab para Sahabat.

Baginda Rasul saw. lalu mengirim utusan untuk memanggil Ali bin Abi Thalib ra. Setelah Ali ra. hadir di hadapan beliau, beliau segera meludahi kedua matanya seraya berdoa bagi kesembuhannya. Dengan izin Allah SWT, seketika kedua mata Ali ra. sembuh, seakan-akan sebelumnya ia tidak merasakan sakit. Baginda Rasul saw. lalu segera menyerahkan bendera itu kepada Ali ra. Ali ra. berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.”

“Pergilah engkau hingga tiba di tempat mereka. Kemudian serulah mereka untuk masuk Islam. Beritahukanlah kepada mereka hak-hak Allah yang harus mereka tunaikan. Demi Allah, andaikan Allah SWT memberikan hidayah kepada seseorang lewat dirimu, itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki keledai yang paling bagus.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sabtu, 01 Januari 2011

Mari Bersyukur Setiap Waktu


Pernahkah Anda berpikir berapa kekayaan setiap orang jika dihargai dengan uang? Berapakah harga tubuh manusia jika diuangkan? Berapa harga mata, hidung, telinga, mulut, otak, kepala, lidah, tangan kaki dan apa saja yang menjadi bagian dari tubuh manusia jika dirupiahkan?

Saat mata kita sehat, kita tak pernah berpikir betapa berharganya mata kita. Coba saja jika suatu ketika mata Anda, karena satu sebab kecelakaan tertentu, menjadi buta. Kebetulan Anda memiliki tabungan milyaran rupiah. Apa yang Anda lakukan? Anda pasti akan membayar berapa milyar pun untuk mengembalikan penglihatan Anda. Tak peduli jika untuk itu tabungan Anda terkuras nyaris habis. Saat tangan atau kaki kita sehat dan normal, kita pun mungkin jarang berpikir betapa bernilainya kedua anggota tubuh kita itu. Namun, pernahkah Anda membayangkan andai suatu saat, karena satu sebab musibah tertentu, tangan atau kaki Anda itu harus diamputasi? Pasti, jika kebetulan Anda orang kaya, Anda akan sanggup mengeluarkan ratusan juta atau bahkan milyar rupiah asal tangan atau kaki Anda tidak diamputasi dan kembali sehat serta normal seperti sedia kala. Bagaimana pula jika satu sebab bencana tertentu wajah Anda yang ganteng/cantik tiba-tiba harus menerima kenyataan rusak parah tak berbentuk akibat terbakar hebat atau terkena air keras? Pasti, Anda pun dengan ikhlas dan rela akan melepaskan harta apa saja yang Anda miliki asal wajah Anda bisa kembali ganteng/cantik seperti sedia kala.

Sudah banyak bukti, orang-orang yang berpunya sanggup mengorbankan hartanya sebanyak apapun demi mengembalikan kesehatannya; demi sembuh dari penyakit jantung, kanker, kelumpuhan, kecacatan dll. Bahkan demi mengembalikan agar kulitnya menjadi kencang, atau agar keriput di wajahnya bisa hilang, banyak orang rela merogoh sakunya dalam-dalam.

Sukses itu bersinergi, bukan berseteru

Kisah bermula di sebuah Kongres Anggota Tubuh Manusia. Pak Jantung memimpin sesi sidang “Pemberian Penghargaan Pada Anggota Tubuh Manusia Terpenting Tahun ini”. Dalam pidato pengantarnya, Pak Jantung berkata ,”Saudara-saudaraku sesama anggota tubuh, sebagaimana kita tahu tuan kita sangat menginginkan kinerja kesehatannya meningkat tahun ini. Peningkatan ini hanya mungkin, kalau kita semua memperbaiki kinerja masing-masing. Nah, untuk memicu dan memacu peningkatan kinerja itu, tuan kita berkenan memberikan penghargaan kepada anggota tubuh terpenting. Untuk itu, kita harus menentukan siapa di antara kita yang layak untuk mendapatkannya.”

Sidang seketika hening. Semua bingung karena sulit untuk menentukannya. Mas Mata merasa dirinya paling penting, karena tanpa dirinya, tuannya pasti akan kelimpungan ketika berjalan. Jeng Bibir juga merasakan hal yang sama, karena dialah juru bicara andalan tuannya. “Coba kalau saya mogok kerja, pasti tuan dikira bisu!”. Pak Jantung tak mau kalah. “Kalau saya mau mogok kerja 1 detik saja, dunia pasti kiamat Bung!” Akhirnya, ruangan kongres pun gaduh. Gaduh sana dan gaduh sini.