Kamis, 06 Januari 2011

Yang Terbaik

Beberapa saat menjelang Perang Khaibar, Baginda Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Suhail bin Saad ra., bersabda kepada para Sahabat, “Besok, bendera ini benar-benar akan aku berikan kepada orang yang lewat kedua tangannya Allah SWT memberikan kemenangan; ia mencintai Allah dan Rasul-Nya; Allah dan Rasul-Nya pun mencintai dirinya.”

Pada malam harinya, tutur Suhail, para Sahabat bertanya-tanya dalam hatinya masing-masing, siapakah gerangan orang yang akan diserahi bendera Rasul itu? Karena itu, keesokan harinya masing-masing bersegera dan berlomba menemui Baginda Rasulullah saw.; masing-masing berharap bahwa bendera itu akan Rasul saw. berikan kepada dirinya. Saat mereka sudah berada di hadapan Rasul saw., beliau bertanya, “Mana Ali?”

“Wahai Rasulullah saw., matanya sedang sakit,” jawab para Sahabat.

Baginda Rasul saw. lalu mengirim utusan untuk memanggil Ali bin Abi Thalib ra. Setelah Ali ra. hadir di hadapan beliau, beliau segera meludahi kedua matanya seraya berdoa bagi kesembuhannya. Dengan izin Allah SWT, seketika kedua mata Ali ra. sembuh, seakan-akan sebelumnya ia tidak merasakan sakit. Baginda Rasul saw. lalu segera menyerahkan bendera itu kepada Ali ra. Ali ra. berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.”

“Pergilah engkau hingga tiba di tempat mereka. Kemudian serulah mereka untuk masuk Islam. Beritahukanlah kepada mereka hak-hak Allah yang harus mereka tunaikan. Demi Allah, andaikan Allah SWT memberikan hidayah kepada seseorang lewat dirimu, itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki keledai yang paling bagus.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dari hadis di atas, ada beberapa ibrah yang dapat kita petik. Pertama: pada dasarnya, melalui sabdanya di atas, Rasul saw. sedang mengabari para Sahabat bahwa pembawa bendera beliau dalam Perang Khaibar adalah orang terbaik di antara mereka, yang lewat tangannyalah Allah SWT memberikan kemenangan kepada kaum Muslim.

Kedua: para Sahabat pun telah memberikan contoh terbaik bagaimana mereka bersikap dalam menyambut kabar gembira ini. Masing-masing berharap bahwa dirinyalah yang mendapatkan amanah memegang bendera itu, yang sekaligus menunjukkan bahwa dia adalah salah seorang yang dicintai Allah SWT dan Rasul-Nya, dan melalui tangannyalah Allah SWT memberikan kemenangan kepada kaum Muslim.

*****

Pada kesempatan lain Baginda Rasulullah saw. bersabda, “Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baik amir (khalifah) adalah amir (khalifah) yang memimpin penaklukannya dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya.” (HR al-Bukhari, Ahmad dan al-Hakim).

Hadis ini telah memotivasi para khalifah dan tentara kaum Muslim untuk memimpin penaklukan Konstatinopel—yang saat itu menjadi pusat kekuasaan Romawi Timur—semata-mata demi meraih kedudukan mulia sebagaimana yang diisyaratkan Nabi saw. Pada akhirnya, setelah ratusan tahun berlalu, melalui tangan Muhammad al-Fatihlah—yang konon sudah sejak remaja sangat ingin dan bermimpi menjadi orang terbaik sebagaimana diisyarakatkan Baginda Rasul dalam hadis di atas—Konstatinopel bisa ditaklukkan.

Sebetulnya, banyak Hadis Nabi saw. yang menegaskan ihwal orang-orang terbaik sebagai dorongan kepada kaum Muslim agar menjadi bagian dari mereka. Kedua hadis di atas adalah contohnya. Sabda Baginda Rasul saw. terkait Perang Khaibar di atas, tanpa harus diulang-ulang, telah cukup menjadi dorongan kuat bagi para Sahabat untuk berlomba agar dirinyalah yang terpilih—tentu sebagai yang terbaik—menjadi pemimpin pasukan dalam perang tersebut.

Demikian pula terkait hadis kedua. Hadis ini telah cukup menjadikan para khalifah dan tentara kaum Muslim terobsesi untuk menjadi amir (khalifah) dan tentara yang terbaik—yakni yang bisa menaklukkan Konstantinopel—sebagaimana yang diisyaratkan Baginda Rasul dalam hadis tersebut.

Dalam kesempatan lain, Rasul saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR al-Bukhari).

Sebagaimana dituturkan oleh Syaikh al-Kandahlawi dalam salah satu kitabnya, hadis ini telah cukup menjadikan seorang ulama mengabdikan dirinya untuk mengajarkan al-Quran selama lebih dari 40 tahun di majelisnya.

Beberapa hadis berikut juga menegaskan tentang orang-orang terbaik sebagaimana diisyaratkan oleh Baginda Rasulullah saw.:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling zuhud terhadap dunia dan paling merindukan akhirat.” (HR al-Baihaqi dalam Sya’b al-Iman).

“Sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hadis penuturan Abu Hurairah, terdapat dalam Al-Adab al-Mufrad; hadis ini disahihkan oleh al-Bani).

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik perlakuannya kepada istri/keluarganya.” (HR at-Tirmidzi).

“Manusia terbaik adalah yang paling bertakwa kepada Tuhannya; yang paling sering bersilaturahmi; yang paling banyak memerintahkan kemakrufan dan melarang kemungkaran.” (HR al-Baihaqi dan Ibn Abi Syaibah).

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling fakih dalam agama dan paling banyak bersilaturahmi.” (HR Ahmad).

“Sebaik-baik manusia adalah yang beramal (berjihad) fi sabilillah dengan mengendarai kudanya, atau untanya, atau dengan berjalan kaki hingga ia menemui kematian di dalamnya.” (HR Ahmad dan al-Hakim).

Selain beberapa hadis di atas, masih ada sejumlah hadis lain yang mengisyarakatkan tentang orang-orang terbaik. Sejatinya, semua hadis di atas menjadi motivator kuat bagi setiap Muslim, apalagi pengemban dakwah, untuk bisa menjadi bagian dari orang-orang terbaik sebagaimana penegasan Baginda Rasulullah saw. dalam hadis-hadis tersebut. Sebab, demikian pula sikap para Sahabat dan generasi salafush-shalih dulu hingga mereka benar-benar sukses menjadi yang terbaik. Semoga kita pun bisa seperti mereka.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar