Senin, 28 Desember 2009

Ketika Ajal Menjelang

Rasul Saw bersabda: "Keadaan mayat dalam kubur itu tak ubahnya seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan". Dan barang siapa masuk kubur tanpa membawa bekal , maka seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa perahu.Sudahkah kita siapkan bekal itu?. Mudah-mudahan, gambaran kematian ini, dapat menjadikan muhasabbah bagi kita.



Pernahkan kita berhenti sejenak, dan bertanya pada diri kita sendiri, apa yang terjadi pada kita di malam pertama ketika kita meninggal?



Apa yang telah kita persiapkan untuk kematian—sesuatu yang pasti datang kepada kita? Apakah kita akan berada di tempat yang baik ataukah di tempat yang buruk? Seberapa sering kita mengingat mati? Pikirkanlah sejenak, saat dimana tubuh kita dimandikan dan akan segera dikuburkan.


Sabtu, 26 Desember 2009

Pemimpin Zuhud



Oleh: Arief B. Iskandar

Suatu ketika, Abu Bakar r.a. pergi ke pasar hendak menjual beberapa kain dagangannya. Saat itu beliau belum lama dibaiat menjadi khalifah. Di tengah perjalanan, beliau berjumpa dengan Umar ra. Umar pun menyapa, “Wahai Abu Bakar, engkau mau kemana?”
“Ke pasar,” jawab Abu Bakar.
Umar berkata, “Jika engkau sibuk dengan perdaganganmu, lalu bagaimana dengan urusan Kekhilafahan?”
Abu Bakar balik bertanya, “Kalau begitu, bagaimana aku menafkahi istri dan anakku?”
“Kalau begitu, mari kita menemui Abu Ubaidah. Dia akan menetapkan santunan untukmu dari Baitul Mal,” kata Umar.
Keduanya lalu pergi menemui Abu Ubaidah. Abu Ubaidah kemudian menetapkan santunan (bukan gaji, pen.) dari Baitul Mal sekadar memenuhi kebutuhan dasar Abu Bakar dan keluarganya untuk setiap bulannya.
Suatu ketika, istri Abu Bakar memohon kepada beliau, “Saya ingin sekali manisan.”
Beliau menjawab, “Aku tidak punya uang untuk membelinya.”
“Kalau engkau setuju, saya akan menyisihkan sedikit dari uang belanja tiap hari sehingga dalam beberapa hari uang akan terkumpul,” kata istrinya.
Abu Bakar pun mengizinkannya. Selang beberapa hari, uang terkumpul. Istrinya lalu menyerahkan uang itu kepada beliau untuk membeli bahan-bahan manisan. Beliau kemudian berkata, “Dari pengalaman ini, aku tahu, ternyata kita mendapatkan santunan berlebihan dari Baitul Mal.”
Akhirnya, uang yang sudah terkumpul itu pun dikembalikan oleh beliau ke Baitul Mal, tidak jadi dibelikan bahan-bahan manisan. Selanjutnya, Khalifah Abu Bakar meminta Baitul Mal agar memotong santunannya sebanyak yang pernah dikumpulkan istrinya setiap harinya.


Senin, 21 Desember 2009

Muhasabah

Baginda Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Syaddad bin Aus ra., “Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian…” (HR at-Tirmidzi; hadis hasan).

Dikatakan bahwa di antara pengertian “orang yang mengendalikan hawa nafsunya” (mân dâna nafsahû) dalam hadis di atas adalah orang yang selalu menghisab dirinya di dunia sebelum dirinya dihisab pada Hari Kiamat. Terkait dengan hadis ini, Umar bin al-Khaththab ra. pernah berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah SWT kelak. Bersiaplah menghadapi Hari Perhitungan yang amat dahsyat. Sesungguhnya hisab pada Hari Kiamat akan terasa ringan bagi orang yang selalu menghisab diri ketika di dunia.” (Lihat: Al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarh Jamî’ at-Tirmidzi).

*****

Muhâsabah (menghisab diri), sebagai salah satu pesan inti dari hadis di atas, sangatlah penting dilakukan oleh setiap Muslim. Dengan sering melakukan muhâsabah, ia akan mengetahui berbagai kelemahan, kekurangan, dosa dan kesalahan yang ia lakukan. Dengan itu, ia akan terdorong untuk selalu melakukan perbaikan diri. Dengan itu pula, dari tahun ke tahun, dari bulan ke bulan, dari hari ke hari, bahkan dari waktu ke waktu ia menjadi semakin baik. Imannya makin kuat; ketakwaannya makin kokoh; shalatnya makin khusyuk; amal shalihnya makin bertambah dan dosa-dosanya makin berkurang karena semakin jarangnya ia bermaksiat; semangat dakwahnya makin bergelora; pengorbanannya makin besar; akhlaknya makin terpuji—ia makin ikhlas, makin tawaduk, makin wara’, makin menjaga setiap amanah dan makin taqarrub kepada Allah SWT.


Jumat, 18 Desember 2009

Bercermin di penghujung Tahun


Tidak terasa kita sudah berada di tahun 1431 H, dan di penghujung tahun 2009 yang akan berakhir. Kayaknya baru kemarin anak-anak kita masih duduk di Play group/ KB eh kini sudah masuk di Taman Kanak-kanak. Rambut kitapun sudah mulai beruban, tubuh kitapun sudah mulai kepayahan.
Dan kita tidak tahu sudah berapa banyak bekal amal kebaikan yang sudah kita tanamkan pada mereka. Kita juga nggak tahu berapa banyak amal kebajikan dan keburukan diri kita. Harapannya ketika ajal menjemput, amal kita sudah dapat menutupi kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. Bahken cita-cita kitapun mati dalam husnul khotimah atau syahid di jalan Allah SWT. Karena faktanya hingga detik ini kita masih bergelimpangan dengan kemaksiatan dan berlumur dosa, Naudzubillahi min dzaalik. Padahal Allah SWT berfirman: “ Demi masa. Sesunguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran ,dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (TQs. Al Ashr 1-3).