Jumat, 05 Agustus 2011

Umar Yang Berbeda

Sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz, sebagaimana lazimnnya keluarga istana, hidup dalam kemewahan; pakaian yang dikenakannya pun halus; makanan yang dimakannya pun mewah. Ketika berjalan, semua orang akan mengenalnya, karena bekas yang ditinggalkannya menebarkar aroma Misk (wangi). Rambutnya yang selalu tersisir rapi, penampilannya perlente dan kren. Itulah seorang Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah.

Namun, ketika menjadi khalifah, semua kenikmatan itu dia tinggalkan. Jabatan itu telah mengubah hidupnya. Ketika menjadi khalifah, justru dia bersikap zuhud, menjauhi kemewahan dan hiasan dunia. Dia sangat menghayati setiap rincian tanggung jawabnya hingga bersikap keras pada diri dan keluarganya. Tampaknya, dia ingin menebus gaya hidupnya yang bergelimang harta dan kenikmatan sebelum menjadi khalifah, dengan kesederhanaan rakyatnya. Sampai, dia pun menolak menaiki kendaraan Khilafah untuk menghindari kebesaran dan kemewahan. Tidak hanya terhadap dirinya, istri dan anak-anaknya pun tak luput dari sikap yang sama (at-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Mulk, VI/552-553).

Semuanya itu bukan tanpa sengaja. Sikap, atau tepatnya pilihan kebijakannya itu berdampak besar pada Khilafah Umayyah ketika itu. Umar berkeyakinan, jika tekad dan komitmen dia sebagai penguasa Muslim tersebut benar dan lurus, disertai rasa tanggung jawab yang tinggi pada ummat Islam di hadapan Allah SWT, maka dia yakin akan mampu meluruskan berbagai kondisi menyimpang dan mengembalikan mereka yang melakukan pelanggaran ke jalan yang lurus. Di antaranya, dia mengembalikan baiat yang diperoleh melalui wiratsah (penunjukan) kepada kaum Muslim, selanjutnya dia meminta mereka untuk membaiat siapa saja yang mereka kehendaki dengan suka rela (bi ar-ridha wa al-ikhtiyar). Namun, mereka tetap menginginkan seorang Umar bin Abdul Aziz untuk menjadi Khalifah mereka.

Bukan Segalanya

Sesungguhnya uang bukanlah segalanya. Tentu bukan karena sekarang sudah ada master card, visa atau kartu kredit lainnya; juga bukan karena orang saat ini bisa melakukan berbagai macam transaksi elektronik lainnya tanpa harus punya uang tunai.

Memang, uang bukan segalanya. Sebab faktanya, uang tidak bisa membeli segalanya. Dengan uang manusia memang bisa membeli segala macam kemewahan, namun tidak keberkahan dan kebahagiaan. Dengan uang manusia mampu membeli kedudukan dan jabatan, tetapi tidak kewibawaan dan kehormatan. Dengan uang manusia memang sanggup memiliki wanita impian dan anak-anak harapan, tetapi tidak ke-sakinah-an, ke-mawadah-an dan ke-rahmah-an. Dengan uang manusia memang dapat bersenang-senang di dunia, tetapi tidak kebahagiaan hakiki di akhirat.

Dengan uang manusia—saat sakit—memang bisa membeli obat dan dirawat di rumah sakit berkelas dengan pelayanan yang ekstra memuaskan, namun tak mungkin mampu membeli kesehatan. Dengan uang manusia memang bisa membeli kecantikan dengan operasi plastik yang super canggih, namun tidak akan sanggup membeli umur yang panjang. Dengan uang manusia bisa merawat tubuh dan wajah hingga tetap tampil awet muda, tetapi ia tak akan pernah bisa mengembalikan masa mudanya. Dengan uang manusia memang bisa membeli jam tangan super mewah bertahtakan berlian berharga miliaran, tetapi tidak mungkin sanggup membeli waktu meski hanya sedetik. Dengan uang seorang Muslim bisa berhaji berkali-kali, namun tidak kemabrurannya.

Kamis, 04 Agustus 2011

GO EXTRAMILES SAAT RAMADHAN?! HARUS!!!

Assalamu alaikum wr wb.

“Sahabat Hidup Berkah, siapa diantara Anda yang merasa bersemangat dan bergembira ketika menyambut ramadhan ini??? Angkat tangan katakan sayaaa…!!!”

Sahabat Hidup Berkah, bagaimana kabarnya hari ini? Pasti sangat bersemangat. Demikian juga kami, insyaAllah. Alhamdulillah, hari ini kita telah memasuki bulan yang sangat mulia yang setiap muslim sangat merindukannya .

Sesuai subjek email, GO EXTRAMILES saat Ramadhan??? HARUS!!!, judul ini saya kira sangat penting untuk dipahami oleh setiap ummat muslim. Ketika memasuki bulan ramadhan, asupan energi pasti sangat kurang, tidak sama seperti hari-hari biasa karena adanya larangan makan dan minum di siang hari. Drastis asupan energi di siang hari jadi sangat berkurang.